Jumat, 11 Januari 2019

Seks Dianggap Tabu, tapi Diam-diam Dinikmati

Ilustrasi pasangan
  • Ilustrasi pasangan
AURORA: Ketika tindakan yang amoral terjadi pada orang lain, kita akan berbusa-busa berteriak tentang moralitas. Begitu pun sebaliknya, ketika itu dialami sendiri, kita ringkus diam-diam dalam kotak kardus bernama aib.

Dalam kasus-kasus seksual yang menyeruak, mengapa selalu perempuan yang menanggung beban paling besar? Belakangan, kesalahan yang senada pun kembali dirayakan. Seorang kawan bahkan berujar dengan bebal tentang kasus yang bernuansa seksual ini.

Misalnya, dalam kasus prostitusi. Dia bilang, “Coba kau perhatikan. Ketika ada barang yang dijual dengan harga fantastis, katakanlah kue seharga puluhan juta, orang-orang akan terus membicarakan kue tersebut. Dari bahan apa ia dibikin atau teknik seperti apa yang dipakainya. Seperti itu pula jika kasus prostitusi terbongkar.”

Kita memang suka cerewet untuk urusan selangkangan orang lain. Ketika tindakan yang katanya amoral terjadi pada orang lain, kita akan berbusa-busa berteriak tentang moralitas. Sebaliknya, untuk urusan selangkangan sendiri, kita ringkus diam-diam dalam kotak kardus bernama aib.


Ketika video seksual yang kabarnya diperankan oleh seorang mahasiswi tersebar beberapa waktu lalu, saya sempat menulisnya di situs tercintahh ini. Artikelnya berjudul “Mesum Berdua, kok Perempuan yang Dihakimi?”

Artikel tersebut mempertanyakan mengapa ketika kasus-kasus seksual menyeruak selalu saja perempuan yang menanggung beban paling besar. Belakangan, kesalahan yang senada kembali dirayakan.

Seorang kawan pernah berujar dengan bebal tentang kasus yang bernuansa seksual ini. Misalnya, kasus prostitusi.

Dia bilang, “Coba kau perhatikan. Ketika ada barang yang dijual dengan harga fantastis, katakanlah kue seharga puluhan juta, orang-orang akan terus membicarakan kue tersebut. Dari bahan apa ia dibikin atau teknik seperti apa ia dibuat. Seperti itu pula jika kasus prostitusi terbongkar.”

Begini ya…

Pertama, menyamakan perempuan dengan barang, misalnya makanan, adalah sebuah fallacy atau kekeliruan paling dangkal. Kedua, hanya orang sangean yang tidak mempersoalkan si pemesan jasa prostitusi. Ketiga, dengan mengekspos perempuan saja, hasrat patriarki masyarakat kita merasa telah terpenuhi.

Melihat reaksi masyarakat setiap kali kasus seksual merebak, saya kemudian berpikir bahwa kita seperti memposisikan seks layaknya kekerasan. Ia dianggap tabu, tapi diam-diam kita menikmatinya. Kenapa begitu?


Baiklah, sebelumnya saya ingin bertanya, “Pernahkah kamu menonton film Pintu Terlarang karya Joko Anwar?” Salah satu scene dalam film tersebut menggambarkan bagaimana kekerasan menjadi sesuatu yang kita hindari sekaligus kita nikmati.

Gambir, seorang pematung yang sedang berada di puncak kariernya tengah mengalami depresi. Ia seringkali melihat kata-kata yang berbunyi “tolong saya” di mana-mana. Karena tulisan tersebut, ia menemukan sebuah gedung bernama Herosase.

Ketika ia masuk ke gedung bernuansa Eropa itu, hanya ada seorang perempuan di belakang meja resepsionis. Perempuan tersebut lantas mengantarnya ke ruangan yang hanya berisi tempat duduk dan sebuah televisi. Gambir kebingungan, namun ia tak bisa mengobati rasa penasaran, karena ada satu syarat yang berlaku di dalam Herosase: tidak boleh bertanya.

Singkat cerita, ternyata televisi tersebut menampilkan tayangan-tayangan kekerasan yang terjadi secara nyata. Semacam kamera tersembunyi yang dipasang di rumah-rumah yang kerap bertindak bengis.

Ada channel yang menampilkan seorang perempuan menjahit tangannya sendiri, ada pula channel yang menayangkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Dalam scene tersebut, Joko Anwar seakan-akan ingin memberi gambaran yang kuat bahwa kekerasan, bagaimanapun sekuat tenaga berusaha kita hindari, tetap ia akan terus melekat dalam diri manusia.

Herosase adalah wadah bagi mereka yang ingin menikmati kekerasan itu, tempat bagi orang-orang yang kepingin memuaskan hasrat kebengisan di dalam dirinya. Tanpa berlumuran darah, tanpa merasa berdosa. Herosase ternyata tidak hanya di film, di dunia nyata juga ada kok. Sebut saja situs-situs seperti bestgore atau deathgore. Kedua situs tersebut mempunyai konsep yang mirip dengan Herosase.

BACA JUGA: Bintang Porno Sora Aoi Hamil, Dari Pria Tak Tampan dan Tak Kaya


Erich Fromm dalam Akar Kekerasan meninjau kekerasan dengan perspektif Sigmund Freud dan Konrad Lorenz. Intinya, sikap agresi merupakan sifat alamiah dalam diri manusia, sejak terbunuhnya Habil di tangan Qobil.

Sikap itu meletup jika adanya stimulan, yang menurut Freud berasal dari internal manusia. Sedangkan menurut Erich Fromm, faktor eksternal seperti kondisi dompet sosial juga berpengaruh.

Btw, jangan mengira saya mengafirmasi bentuk kekerasan, ya. Kekerasan terhadap perasaan saja saya lemah, apalagi kekerasan fisik. 🙂

KLIK DISINI UNTUK YANG LAIN NYA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

<< << << << Please Share If You Like >> >> >> >>